Pemuda Katolik Gelar Diklatsar II Paskokat di Manado, Bangun Semangat Bela Negara Moderat

Pada hari yang penuh energi, organisasi Pemuda Katolik menggelar program intensif di Kota Manado. Kegiatan bernama Diklatsar II Paskokat berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 31 Oktober hingga 2 November 2025, bertempat di Pasar Tematik Tongkaina, Sulawesi Utara. Lebih dari dua ratus kader muda dari berbagai wilayah Sulawesi hadir dan mengikuti rangkaian pelatihan dengan penuh antusias.
Kegiatan ini menyatukan berbagai elemen yang biasanya berdiri sendiri: pembinaan kedisiplinan fisik, pengembangan kepemimpinan berbasis pelayanan, dan penguatan kesiapsiagaan tanggap bencana serta aksi sosial.
Hadir dalam acara ini aparat pemerintah provinsi, kepolisian daerah, dan unsur forum komunikasi pimpinan daerah. Kehadiran mereka memperkuat bahwa semangat bela negara yang berkembang bukan semata soal fisik atau militeristik, melainkan soal kesadaran kolektif, tanggung jawab sosial dan peran aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Penguatan karakter kader
Pelatihan ini tidak hanya membekali kemampuan teknis atau fisik saja, melainkan membangun karakter yang tangguh sekaligus manusiawi. Ketua umum Pemuda Katolik menyatakan bahwa acara ini menjadi momen penting untuk memperkuat identitas kader muda yang siap berkontribusi bagi bangsa dan Gereja.
Beberapa aspek karakter yang dikembangkan meliputi:
-
Kedisiplinan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab organisasi
-
Kepemimpinan yang berbasis pelayanan, bukan hanya komando
-
Kepedulian terhadap sesama melalui aksi kemanusiaan atau tanggap bencana
-
Pendidikan nilai kebangsaan yang mengakar dalam semangat Pancasila dan NKRI
Salah satu pejabat kepolisian nasional yang hadir menekankan bahwa pengkaderan pemuda Katolik menjadi penting di tengah tantangan kebangsaan saat ini. Dia menyebut bahwa wadah ini tepat untuk menyiapkan kader yang mampu turun ke masyarakat dan melakukan aksi nyata.
Aksi nyata tanggap bencana dan kemanusiaan
Kegiatan di Manado menghadirkan simulasi dan pelatihan terkait tanggap bencana serta aksi kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa bela negara di era kini bukan hanya menjaga wilayah atau simbol, tetapi juga membantu sesama dan merespons situasi kritis. Kader-kader dilatih agar tanggap ketika masyarakat menghadapi musibah atau membutuhkan bantuan.
Pelatihan tanggap bencana itu meliputi langkah-langkah awal respons, koordinasi dengan instansi terkait, serta strategi sosial untuk membantu masyarakat pasca musibah. Dengan demikian, semangat bela negara menjadi praktis dan konkret—bukan hanya slogan.
Semangat bela negara yang moderat
Hal yang menonjol dari acara ini adalah orientasi “moderasi”. Organisasi tersebut tidak mengejar bentuk bela negara yang keras atau eksklusif, melainkan yang inklusif, terbuka, dan beradab. Komandan nasional Paskokat menyebut bahwa Diklatsar II menjadi simbol kemitraan strategis antara organisasi kepemudaan dan aparat keamanan dalam membangun semangat bela negara yang moderat dan beradab.
Tantangan dan harapan ke depan
Meski kegiatan ini sudah berjalan sukses, organisasi menghadapi tantangan besar. Di antaranya: bagaimana meneruskan semangat dan pelatihan ini ke level implementasi nyata di daerah masing-masing; bagaimana menciptakan ekosistem organisasi yang konsisten bereaksi terhadap isu kemanusiaan dan kebangsaan; serta bagaimana menjaga agar nilai-nilai moderasi tetap hidup di tengah dinamika sosial yang terkadang mengarah ke polarisasi.



