Berita

Parlemen Timor-Leste Dikecam Usai Setujui Anggaran Rp65 Miliar untuk Mobil Baru

Renungan Harian Katolik – Parlemen Timor-Leste baru saja memicu gelombang kritik setelah menyetujui anggaran sebesar US$4 juta atau sekitar Rp65 miliar untuk membeli 65 mobil baru bagi anggotanya. Keputusan ini langsung menimbulkan reaksi negatif dari publik karena kondisi rakyat masih dibebani oleh kemiskinan dan malnutrisi.

Selain itu, pengamat menilai kebijakan ini menggambarkan betapa lemahnya prioritas pembangunan di negara tersebut. Alih-alih mengutamakan kebutuhan mendesak masyarakat, parlemen justru memilih fasilitas pribadi.


Anggaran Besar di Tengah Kemiskinan

Timor-Leste memiliki populasi sekitar 1,3 juta jiwa dan masih menghadapi tantangan serius. Sebanyak 42 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, sedangkan hampir separuh anak-anak mengalami malnutrisi kronis.

Akibatnya, publik mempertanyakan alasan parlemen mengalokasikan dana besar untuk kendaraan. Dana Rp65 miliar dapat dipakai untuk program gizi anak, pembangunan sekolah, perbaikan rumah sakit, atau infrastruktur pedesaan. Oleh karena itu, keputusan ini tampak bertentangan dengan kebutuhan nyata masyarakat.

Lebih jauh lagi, kelompok sipil menilai keputusan tersebut memperlihatkan jarak yang semakin lebar antara elit politik dan rakyat biasa.


Kritik Keras dari Oposisi Politik

Partai oposisi segera menyuarakan keberatan. Mereka menegaskan bahwa kendaraan yang sudah ada masih bisa digunakan. Hanya sebagian kecil membutuhkan perbaikan. Dengan demikian, oposisi menolak logika bahwa seluruh armada harus diganti.

Selain itu, oposisi juga menuduh parlemen mengabaikan akuntabilitas anggaran. Menurut mereka, seharusnya pemerintah mengutamakan audit aset kendaraan sebelum memutuskan pembelian baru. Dengan cara ini, negara dapat menghemat dana dan memanfaatkannya untuk sektor prioritas.


Aktivis dan Mahasiswa Menyerukan Perubahan

Tidak hanya oposisi, para aktivis juga menyoroti masalah ini. Mereka menyebut kebijakan tersebut sebagai tindakan yang arogan, ceroboh, dan tidak berpihak pada rakyat.

Seorang mahasiswa mengatakan, “Jika US$4 juta dipakai untuk membangun sekolah atau menyediakan makanan bergizi, masa depan anak-anak akan lebih baik. Namun sekarang, kami hanya melihat uang negara dipakai untuk kenyamanan pejabat.”

Komentar itu menegaskan bahwa generasi muda merasa kecewa. Mereka ingin parlemen menunjukkan kepedulian nyata, bukan sekadar simbol kemewahan. Terlebih lagi, mahasiswa berkomitmen melanjutkan protes hingga pemerintah memperbaiki kebijakan.


Ketergantungan Fiskal Membebani Negara

Secara ekonomi, Timor-Leste masih sangat bergantung pada Petroleum Fund, yakni dana dari minyak dan gas bumi. Lebih dari 90 persen pendapatan negara berasal dari dana ini.

Meskipun Petroleum Fund memberi sokongan besar, ketergantungan yang berlebihan menimbulkan risiko tinggi. Jika cadangan menurun, pemerintah akan kesulitan membiayai pembangunan. Oleh karena itu, penggunaan dana untuk kepentingan nonprioritas seperti mobil baru menambah kekhawatiran publik.

Sementara itu, para ekonom menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi. Negara perlu memperkuat sektor pertanian, pariwisata, dan UMKM agar tidak terus bergantung pada minyak.


Dampak Sosial dan Politik

Keputusan parlemen tidak hanya berimplikasi pada keuangan negara. Lebih jauh, keputusan tersebut juga berpengaruh pada kepercayaan publik.

Di satu sisi, rakyat mendengar janji pembangunan, perbaikan kesehatan, dan peningkatan pendidikan. Namun di sisi lain, mereka menyaksikan dana besar dialokasikan untuk kendaraan baru. Akibatnya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parlemen menurun drastis.

Jika kondisi ini terus berlanjut, maka jurang antara elit politik dan rakyat akan semakin dalam. Pada akhirnya, legitimasi parlemen bisa goyah.


Rekomendasi Pengamat

Beberapa pengamat politik dan ekonomi memberikan rekomendasi strategis:

  1. Lakukan audit kendaraan dinas sebelum membeli baru.

  2. Prioritaskan sektor penting seperti kesehatan, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan.

  3. Diversifikasi ekonomi agar Timor-Leste tidak sepenuhnya bergantung pada Petroleum Fund.

  4. Tingkatkan transparansi anggaran dengan melibatkan masyarakat sipil dalam pengawasan.

Dengan menjalankan langkah-langkah tersebut, pemerintah bisa memulihkan kepercayaan rakyat sekaligus memastikan anggaran lebih tepat sasaran.


Mengapa Rakyat Sangat Kecewa?

Rakyat merasa kecewa karena keputusan ini melukai rasa keadilan. Saat keluarga miskin berjuang mencari makan, para pejabat justru menikmati mobil baru.

Selain itu, rakyat menilai keputusan tersebut melambangkan ketidakpekaan elit politik. Pemerintah seharusnya menempatkan kebutuhan masyarakat di atas kenyamanan pribadi. Namun kenyataan menunjukkan sebaliknya.

Kekecewaan ini bukan sekadar soal mobil, tetapi juga soal moralitas politik. Publik ingin melihat pemimpin yang berkorban untuk rakyat, bukan sebaliknya.


Kesimpulan

Keputusan Parlemen Timor-Leste mengalokasikan US$4 juta untuk 65 mobil baru memunculkan kritik luas. Oposisi, aktivis, dan mahasiswa menegaskan bahwa kebijakan ini tidak sesuai dengan kondisi rakyat yang masih miskin dan kekurangan gizi.

Selain itu, penggunaan anggaran besar di tengah ketergantungan ekonomi pada Petroleum Fund hanya memperbesar risiko fiskal. Oleh karena itu, parlemen harus meninjau kembali prioritasnya.

Pada akhirnya, kebijakan publik seharusnya berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Jika parlemen tetap mengabaikan kritik, maka kepercayaan masyarakat akan terus menurun. Sebaliknya, jika parlemen mau mendengar suara rakyat, maka peluang untuk membangun masa depan Timor-Leste yang lebih adil masih terbuka lebar.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button